Sabtu, 01 Mei 2010

Metode EVA (Economic Value Added)

A. PENGERTIAN EVA (ECONOMIC VALUE ADDED)
EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal hutang (beban bunga) dikurangkan ketika menghitung laba bersih, tetapi biaya ini tidak dikurangkan pada saat menghitung biaya modal ekuitas. (Eugene F.Brigham, 2001 : 52).
B. KONSEP DASAR EVA (ECONOMIC VALUE ADDED)
Economic Value Added (EVA) merupakan ide keuangan yang paling popular saat ini. Konsep EVA diluncurkan oleh Stern Steward & Co pada tahun 1989 dan mendapat perhatian serius dari praktisi bisnis pada tahun 1983.
Konsep EVA menurut Gatot Widayanto dalam Etty M. Nasser (2003 : 27) adalah nilai tambah ekonomis dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan, harus dengan “adil” mempertimbangkan harapan – harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (cost of capital) karena nilai tambah ekonomis berangkat dari konsep ini.
Menurut Shawn Tully dalam Etty M. Nasser (2003 : 25), “EVA make manager act like shareholders. It’s the true corporate faith for the 1990’s”. Manajer akan memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimkan tingkat biaya modal apabila menggunakan EVA, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
Sidharta Utama dalam Etty M. Nasser (2003 : 27) mengatakan bahwa hasil penelitian di Amerika ternyata menunjang digunakan EVA sebagai pengukur terbaik untuk kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan pengukuran lainnya, EVA mempunyai hubungan paling erat dengan tingkat pengembalian saham. Temuan mereka mendukung efektifitas EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan.
Gagasan munculnya EVA cukup sederhana, yaitu perusahaan benar- benar menguntungkan dan menciptakan nilai jika dan hanya laba bersih operasinya melebihi biaya semua modal yang digunakan untuk membiayai operasi (Young, 2001 : 32). Ukuran kinerja konvensional, yaitu laba operasi, hanya menghitung biaya hutang, yang diperhatikan dalam laporan keuangan sebagai beban bunga, tetapi tidak mencerminkan biaya ekuitas. Gagasan konsep EVA muncul untuk memperbaiki kekurangan kinerja konvensional dengan memperkenalkan ukuran kinerja perusahaan yang lebih tepat dan tidak hanya memperhitungkan biaya hutang tetapi juga mempertimbangkan biaya modal ekuitas. EVA membantu manajer memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham spot yang akan meningkatkan nilainya.
C. MENGHITUNG EVA (ECONOMIC VALUE ADDED)
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri maka dapat dicari dengan rumus :

EVA = NOPAT – ( ie x E )

NOPAT = Net operating profit after tax
Ie = opportunity cost of equity
E = Total equity

Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuska sebagai berikut :

EVA = NOPAT - ( WACC x TA )

NOPAT = Net Operating Profit After Tax
WACC = Weighted Average Cost Of Capital
TA = Total Asset

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
a.Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
b.Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
c.Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar